Radio Online


 

BeritaHiburanJawa timurNasionalSitubondo

Refleksi dan Apresiasi Esai “Peran Penulis Sastra Anak Itu Strategis” kepiawaian Adee Kartika Yulianti dari Singosari Malang

×

Refleksi dan Apresiasi Esai “Peran Penulis Sastra Anak Itu Strategis” kepiawaian Adee Kartika Yulianti dari Singosari Malang

Sebarkan artikel ini

Oleh : Akaha Taufan Aminudin

 

Esai ini membuka ruang bagi kita untuk menyelami kedalaman peran penulis sastra anak yang seringkali luput dari sorotan publik, padahal sejatinya mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam pembangunan mental bangsa sejak masa kanak-kanak.

Saya sangat mengapresiasi kepiawaian Adee Kartika Yulianti dalam mengurai ingatan masa kecil yang terikat erat dengan karya Dwianto Setiawan sekaligus mengangkat nilai strategis sastra anak bagi pembentukan karakter generasi penerus.

Penulis dengan penuh kehangatan dan nostalgia mengajak kita menyadari bahwa sastra anak bukanlah sekadar isi waktu luang, melainkan “dimensi nonfisik” yang melatih imajinasi dan membentuk perasaan empati yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Hal ini membawa saya merenungkan kembali bahwa karya sastra anak adalah modal awal yang tersembunyi namun sangat fundamental dalam pembentukan tatanilai dan mental bangsa.

Ungkapan bahwa pena penulis cerita anak adalah “pisau ukir yang bergerak perlahan” sangat tepat menggambarkan karakter perjuangan kita sebagai penulis. Ukiran itu mungkin tak tampak langsung, tapi hasilnya akan mekar melampaui waktu, membentuk pondasi moral dan intelektual anak-anak yang terus berkembang menjadi tokoh-tokoh berpengaruh di kemudian hari.

Para penulis sastra anak ini dengan sabar menyelami psikologi anak dan memadukannya dengan bahasa yang mengalir tanpa menggurui, menciptakan karya yang bermuatan nilai sekaligus menyenangkan untuk dinikmati.

Selain itu, melalui perbandingan sejarah dengan karya-karya besar yang mengubah dunia seperti Uncle Tom’s Cabin dan Max Havelaar, tulisan ini mengingatkan kita bahwa sastra memang memiliki kekuatan revolusioner, baik dalam wujud langsung maupun melalui edukasi jangka panjang seperti sastra anak.

Saya juga tersentuh akan pesan moral bahwa anak-anak adalah “sasaran paling strategis” untuk membangun dunia yang lebih baik, sebuah jabaran yang sangat relevan dalam konteks pembangunan sumber daya manusia di era milenial ini.

Cerita perjalanan hidup Adee Kartika Yulianti sebagai seorang guru, penulis, dan ibu menjadi bukti konkret bagaimana sastra dan pendidikan berjalan beriringan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berjiwa empati dan kreatif.

Secara keseluruhan, tulisan ini bukan hanya sebuah penghormatan untuk Pak Dwianto Setiawan, tetapi juga sebuah seruan bagi kita semua—para penulis, pendidik, dan penggerak literasi anak—untuk terus memupuk kecintaan terhadap sastra anak sebagai fondasi strategis dalam perubahan sosial. Esai ini menginspirasi, membanggakan, sekaligus menantang agar karya sastra anak mendapat tempat yang semestinya dalam jagat pendidikan dan literasi nasional.

Saya berharap tulisan ini dapat menjadi bahan renungan dan pendorong semangat bagi seluruh pegiat sastra anak di Indonesia, khususnya anggota SATUPENA, agar terus menulis dengan tujuan mulia: menyiapkan generasi masa depan yang unggul secara moral dan intelektual.

 

Sabtu Legi 6 September 2025

Akaha Taufan Aminudin

Sisir Gemilang Kampung Baru Literasi SIKAB

Himpunan Penulis Pengarang & Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA Jawa Timur

 

#SatuPenaJawaTimur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *