Radio Online


 

BeritaJawa timurNasionalSitubondo

Pengukuhan Hj Siti Faudjiyah Nurochman sebagai Bunda Literasi Kota Batu: “Merajut Masa Depan Lewat Budaya Membaca”

×

Pengukuhan Hj Siti Faudjiyah Nurochman sebagai Bunda Literasi Kota Batu: “Merajut Masa Depan Lewat Budaya Membaca”

Sebarkan artikel ini

Oleh: Akaha Taufan Aminudin

 

Dalam upaya memperkuat budaya literasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Wali Kota Batu, Nurochman, mengukuhkan istrinya, Hj Siti Faudjiyah Nurochman, sebagai Bunda Literasi Kota Batu periode 2025-2030.

@Acara ini juga sekaligus mengukuhkan Bunda Literasi di tingkat kecamatan, kelurahan, dan desa. Dengan semangat kuat yang diawali dari keluarga dan dikawal oleh berbagai kegiatan menarik seperti penampilan seni dari siswa SLB, bazar UMKM, hingga talk show literasi, Kota Batu bertekad membentuk masyarakat cerdas dan kreatif sebagai bekal menyongsong Generasi Emas 2045. Mari kita renungkan bagaimana gerakan literasi ini bukan sekadar program, melainkan gerakan hati dan budaya bersama.

Kota Batu sudah lama dikenal sebagai permata alam dengan kesejukan dataran tinggi dan panorama yang memukau. Namun, seperti apa pun keindahan alam, keindahan batin—yang lahir dari kecerdasan dan wawasan—justru menjadi lebih abadi. Maka dari itu, pengukuhan Hj Siti Faudjiyah Nurochman sebagai Bunda Literasi Kota Batu menjadi momen penting dalam perjalanan kota ini menata masa depan dengan jendela ilmu yang terbuka lebar.

Dalam sambutannya, Hj Siti Faudjiyah mengingatkan sebuah prinsip sederhana namun fundamental: gerakan literasi harus dimulai dari keluarga. Mengapa keluarga? Karena seperti kata pepatah, “buku adalah jendela dunia”, namun jendela itu hanya akan mengeluarkan cahaya jika dibuka oleh mereka yang memiliki kunci—yaitu keluarga yang membudayakan membaca sejak dini. Dalam peranannya sebagai Bunda Literasi, beliau layaknya ibu rumah tangga yang juga menjaga “rumah literasi” Kota Batu agar tumbuh subur.

Sementara itu, Wali Kota Batu Nurochman memberikan sentuhan filosofis sekaligus praktis. Literasi bukan hanya sekedar hobi atau aktivitas sesekali, tapi harus menjadi budaya konkrit yang berdampak nyata pada peningkatan ilmu dan wawasan masyarakat. Penekanan ini mengingatkan kita pada pepatah lama yang mengatakan, “Tak ada yang lebih berbahaya daripada orang yang tidak membaca,” karena dalam dunia yang makin pesat berubah, kemampuan membaca dan memahami informasi adalah senjata utama.

Acara pengukuhan sendiri dipenuhi dengan banyak warna yang menggambarkan semangat inclusivity dan kreativitas. Penampilan seni oleh siswa SLB menjadi simbol nyata bahwa literasi dan kreativitas tidak mengenal batas. Bazar UMKM tak hanya menampilkan kuliner dan kerajinan lokal yang menggugah, tetapi juga mengingatkan bahwa budaya membaca dan berkarya adalah dua sisi mata uang untuk membangun kesejahteraan komunitas.

Talk show literasi yang menghadirkan tokoh-tokoh penting seperti Wali Kota, Bunda Literasi, Duta Baca Jawa Timur, dan perwakilan Kemendagri membawa pesan bahwa literasi itu tidak boleh berjalan sendiri-sendiri, melainkan harus sinergi lintas lembaga dan lapisan masyarakat. Kita tahu dari berbagai riset pendidikan, bahwa dukungan multi-stakeholder adalah kunci keberhasilan gerakan literasi, sehingga Kota Batu memperlihatkan contoh nyata bahwa literasi adalah kerja bersama.

Penghargaan perpustakaan terbaik untuk pustaka desa dan kelurahan menjadi puncak manis dalam acara ini. Perpustakaan-perpustakaan seperti Pustaka Arjuna di Desa Sumberbrantas, Nawasena di Kelurahan Ngaglik, Lentera Pustaka di Oro-Oro Ombo, dan Griya Baca di Desa Gunungsari bukan sekadar tempat menyimpan buku, tapi wahana transformasi pengetahuan dan inspirasi. Penghargaan ini layaknya “Oscar” bagi pengelola perpustakaan yang tak kenal lelah membumikan literasi di area masing-masing.

Renungan ringan:

Membaca dan literasi sering dianggap sebagai hal “klise” yang sudah lama dibahas. Tapi momen pengukuhan Bunda Literasi ini mengingatkan kita bahwa menjadikan literasi sebagai budaya adalah sebuah perjalanan panjang yang mesti dimulai dari langkah-langkah kecil, dengan hangatnya dukungan keluarga dan jiwa gotong-royong masyarakat.

 

Bayangkan jika tiap rumah tangga di Kota Batu menjadi “rumah baca”, tiap kawasan menyulut semangat belajar, dan setiap sudut kota menjadi panggung kreativitas dan pengetahuan. Maka, Generasi Emas 2045 bukan sekadar impian, tetapi kenyataan yang lahir dari manipulasi budaya yang cerdas dan berkelanjutan.

 

Mari bersama-sama mengapresiasi dan mendukung gerakan Bunda Literasi Kota Batu, karena melalui budaya membaca kita membuka pintu untuk masa depan yang lebih cerah dan cerdas. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

 

Bagaimana pendapatmu tentang gerakan literasi ini? Apakah di kotamu juga sudah ada inisiatif serupa? Yuk, sharing pengalaman dan ide kamu di kolom komentar supaya semangat baca dan literasi terus menyebar ke mana-mana! 📚✨

 

Senin Kliwon 15 September 2025

Akaha Taufan Aminudin

Sisir Gemilang Kampung Baru Literasi SIKAB Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *