NASIONALTODAY.COM|SITUBONDO – Dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan RI yang ke 80, Pemkab Situbondo, Jawa Timur menggelar acara lomba “RONJENGAN” yang ditempatkan di pendopo Alun -alun pada Jumat pagi, (8/8/2025).
Adapun yang hadir pada acara lomba tari ronjengan tersebut adalah kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD), Suryatno dan kepala bidangnya, Sugeng beserta Hosnatun, sang juri lomba yang sangat pas di bidangnya. Maka dari itu, pihak penyelenggara lomba tari ronjengan tersebut yakni Pemkab Situbondo memilih Hosnatun didaulat sebagai juri lomba.
Dan lomba tari ronjengan tersebut diikuti oleh para peserta dari seluruh kecamatan yang ada di Situbondo, yakni 17 kecamatan.
Menurut Hosnatun yang kerap disapa Cak TUtun, kepada media online ini mengatakan bahwa,
”Itu ada koreo-nya, ada ronjengan – nya. Jadi, yang saya nilai itu adalah originalitas, kreativitas dan aktivitasnya anak-anak, serta orang itu semuanya. Ternyata, animo orang – orang di Situbondo masih ada, walaupun nenek-nenek, tua-muda, anak -anak dan banyak lagi. Dan contohnya itu tadi, dari 17 kecamatan keluar semua. Dan sekarang, pemerintah mulai akan mensosialisasikan ronjengan lagi. Dan memang, hampir di seluruh Indonesia ada ronjengan, tetapi kan punya ciri khas sendiri, nah nanti di sini akan saya jelaskan bahwa apa dan bagaimana ronjengan di Situbondo. Di Situbondo itu kan ada tiga kategori, ada tiga makna. Satu, ronjengan itu merupakan alat atau properti setiap desa yang ada berupa lumbung yang tujuannya untuk dipakai sebagai menyimpan beras pada musim panen, kedua adalah untuk lamaran pernikahan, yang ketiga yaitu “mang temang” (bahasa Madura -red), artinya menggendong bayi sambil dipotong sehelai rambutnya sembari ditimang -timang, yang keempat adalah bulen gerring (bahasa Madura -red). Artinya, keyakinan masyarakat Situbondo pada saat terjadi gerhana bulan (bulen gerring), mereka selalu memanfaatkan ronjengan untuk ditabuh dengan penumbuk padi dan di depannya ada sesajen yang terdiri dari nasi, sisir, kaca cermin dan kembang tujuh rupa,” ujar Cak TUtun.
Hosnatun yang juga pemilik sekaligus pengasuh sanggar tari wahana Puspa Budaya itu juga menjelaskan tari ronjengan secara makna harfiah,
”Ronjengan itu adalah roh-nya padi yang diundang bersama orang – orang secara gotong -royong. Rohnya padi Ben roh- na sengkok se notoa padi neng e ronjengan Riya,” tambah cak Tutun.
Sementara itu, secara makna filosofis dari tari ronjengan tersebut, Hosnatun juga menjelaskan,
”Makna secara filosofis dari tari ronjengan tersebut adalah sebuah kebahagiaan dan sebuah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena mereka telah melakukan panen, jadi maknanya sangat dalam,” pungkas Hosnatun, Jumat pagi, tanggal 8 Agustus 2025 di alun-alun Situbondo.