Puisi Akaha Taufan Aminudin
Wakil rakyat,
apakah kalian masih ingat
suara-suara di bilik sempit kampung
yang dulu mengantar kalian ke kursi megah itu?
Kami melihat tangan kalian teracung
bukan untuk rakyat,
tapi untuk tunjangan baru.
Kami mendengar tawa kalian pecah
di ruang sidang yang seharusnya sakral.
Wakil rakyat,
bukankah sumpahmu adalah janji?
Bukankah janji itu amanah?
Mengapa kini menjadi pesta,
sementara rakyat menahan lapar?
Puisi ini datang sebagai cermin,
agar kalian menatap wajah sendiri:
masihkah pantas disebut wakil,
atau sekadar bayang-bayang kuasa?
Minggu Pon 28 September 2025
Sisir Gemilang Kota Batu Wisata Sastra Budaya Jawa Timur
#SatuPenaJawaTimur
#HP3NKreatifBatu
#KotaBatuLiterasiSastra