Radio Online


 

BeritaKesehatanNasional

Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius, BPOM Sebut Sebagai “Silent Pandemic”

×

Resistensi Antimikroba Jadi Ancaman Serius, BPOM Sebut Sebagai “Silent Pandemic”

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi obat antibiotik. Foto: Pixabay

Kesehatan, nasionaltoday.com – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, memperingatkan, resistensi antimikroba kini menjadi ancaman global yang serius. Fenomena yang disebut sebagai silent pandemic ini berpotensi mengganggu kemampuan manusia dalam mengendalikan mikroorganisme berbahaya, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.

“Resistensi antimikroba adalah fenomena biologis kompleks yang melibatkan seleksi alam dan adaptasi genetik. Mikroorganisme yang sebelumnya dapat ditangani oleh obat antimikroba kini mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup bahkan di bawah paparan obat tersebut,” ungkap Taruna. Melansir ANTARA, sabtu (4/1).

Proses Evolusi Cepat Mikroorganisme

Taruna menjelaskan bahwa mikroorganisme, khususnya bakteri, mampu mengalami mutasi genetik dalam waktu singkat. Hal ini memungkinkan mereka dengan cepat mengembangkan mekanisme perlindungan terhadap zat antimikroba. Salah satu contoh adalah horizontal gene transfer, proses di mana bakteri berbagi informasi genetik resistensi antarspesies.

“Setiap paparan agen antimikroba menciptakan tekanan seleksi yang ketat, di mana hanya organisme yang memiliki keunggulan genetik yang bertahan dan terus bereproduksi,” jelasnya.

Tidak hanya bakteri, spektrum mikroorganisme resisten juga mencakup virus, jamur, dan parasit, masing-masing dengan karakteristik unik dalam menghadapi tantangan antimikroba.

Penyebab Utama dan Percepatan Global

Taruna menyoroti bahwa penggunaan antibiotik secara tidak rasional menjadi pendorong utama resistensi antimikroba. Faktor ini meliputi pemberian antibiotik dalam dosis yang tidak tepat, praktik pengobatan mandiri, hingga penggunaan antibiotik spektrum luas.

“Globalisasi, perpindahan penduduk, dan perdagangan internasional juga mempercepat penyebaran strain resisten lintas wilayah dan benua,” tambahnya.

Pendekatan Multidisipliner dan Inovasi

BPOM menegaskan bahwa resistensi antimikroba tidak hanya menjadi tantangan medis, tetapi juga masalah lintas disiplin yang memerlukan pendekatan holistik. Pendekatan ini melibatkan bidang mikrobiologi, genetika, epidemiologi, kebijakan kesehatan, dan edukasi masyarakat.

“Di masa depan, terapi inovatif seperti penggunaan bakteriofage—virus yang secara spesifik menyerang bakteri—akan menjadi alternatif menjanjikan untuk mengatasi resistensi,” ujar Taruna.

Ia juga menekankan pentingnya perubahan perilaku dan sistem sebagai bagian dari strategi penanganan, selain upaya pengembangan obat baru.

Faktor Antropogenik dalam Resistensi

Taruna menyoroti peran manusia dalam mempercepat resistensi antimikroba. Praktik yang tidak bijak dalam penggunaan antibiotik di sektor kesehatan, peternakan, dan pertanian menciptakan tekanan selektif yang mempercepat evolusi mikroorganisme.

“Tanpa langkah nyata untuk membatasi penggunaan antibiotik yang tidak rasional, kita memberikan keuntungan selektif bagi mikroorganisme resisten untuk berkembang dan menggantikan populasi yang sensitif,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *