Radio Online


 

BeritaHiburanJawa timurSitubondo

“Pulang Dalam Keabadian Cinta”: Sebuah Perayaan Puisi Esai dan Pengukuhan Duta Puisi Nasional

23
×

“Pulang Dalam Keabadian Cinta”: Sebuah Perayaan Puisi Esai dan Pengukuhan Duta Puisi Nasional

Sebarkan artikel ini

Oleh : Akaha Taufan Aminudin

 

Buku puisi esai “Pulang Dalam Keabadian Cinta” hadir sebagai karya luar biasa dari para penulis muda Jawa Timur yang menyajikan rangkaian tema mendalam dan beragam—mulai dari cinta, kehidupan, kematian, hingga persoalan sosial dan pelanggaran HAM*. Lebih dari sekadar kumpulan puisi, buku ini menjadi jembatan pengantar menuju pengukuhan Ummi Ulfhatus Syahriyah sebagai Duta Puisi Esai Nasional, menandai tonggak penting dalam perjalanan sastra Indonesia modern yang kian kaya dan berjiwa.

Siapa sangka, antara denting kata-kata dan desahan nailah puisi esai, terkandung sebuah kekuatan magis yang menggerakkan hati dalam keabadian cinta. Inilah yang coba diwujudkan dalam buku “Pulang Dalam Keabadian Cinta”, sebuah karya yang menyatukan potret kemanusiaan dan pergulatan batin penulis muda dari Jawa Timur, secara apik dan berirama.

Mengurai Makna di Balik “Pulang Dalam Keabadian Cinta”

 

Buku Puisi Esai ini bukan kumpulan puisi biasa. Ia menyisipkan puisi esai—sebuah format yang menggabungkan kecemerlangan bahasa puisi dengan kedalaman analisis esai. Dibuka dengan kata pengantar dari tokoh-tokoh sastra Kakak Asuh Akaha Taufan Aminudin dan Denny JA, pembaca diajak memahami konteks dan nuansa puisi yang melampaui kata, menggugah pemikiran dan perasaan sekaligus.

Bersama-sama, puisi-puisi dalam buku ini menggali tema-tema vital dan seringkali tabu: cinta dalam segala dimensinya, kehidupan yang penuh warna, kematian yang sunyi, hingga persoalan sosial dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang menghantui. Melalui lensa jujur dan peka para penulis muda, kita diajak menyelami kedalaman kemanusiaan yang tak lekang oleh zaman.

Puisi Esai: Magis Sebuah Narasi Puitis

 

Beberapa karya yang patut disimak adalah “Serakah Karena Dana Hibah Disfungsi Berujung Depresi” karya Ingit Mreta Claritas yang menyoroti problematika dana hibah dengan suara kritis penuh ironi; “Sarinem ; Juru Damai Tokorondo” dari Ummi Ulfhatus Syahriyah sendiri yang memadukan narasi kemanusiaan dan harapan; serta puisi berjudul buku itu sendiri, karya Akaha Taufan Aminudin, yang meresapi makna cinta yang tak pernah usai.

Puisi Esai i ini menunjukkan bagaimana kekuatan kata dan struktur naratif mampu menangkap rasa dan pikiran manusia secara nyata, sekaligus mencipta ruang refleksi sosial yang mendalam.

Pengukuhan Ummi Ulfhatus Syahriyah: Momentum Sastra dan Identitas Budaya’

 

Momen penting yang menyertai lahirnya buku Puisi Esai ini adalah pengukuhan Ummi Ulfhatus Syahriyah sebagai Duta Puisi Esai Nasional di Festival Puisi Esai Jakarta 2024. Tidak hanya mendapat pengakuan, Ummi pun mendapat kesempatan menjelajah Ibukota selama seminggu berkat dukungan Denny JA Foundation. Ini bukan sekadar prestasi individu, tapi juga simbol pengakuan terhadap seni puisi esai yang kian diperhitungkan dalam khazanah sastra Indonesia.

Melalui peristiwa ini, komunitas Puisi Esai Jawa Timur dan SatuPena Jawa Timur menegaskan komitmen mereka dalam melestarikan dan mengembangkan puisi esai sebagai ekspresi kreatif di era digital serta AI yang kian dominan.

Mengapa Buku Ini Penting untuk Anda?

 

Jangan sampai ketinggalan untuk menikmati buku ini jika Anda cinta pada sastra yang lebih dari sekadar hiburan. Di balik sajak-sajaknya yang puitis, terdapat catatan kritis dan sosial yang membuka mata, mengajak pembaca merenung dan ikut serta dalam diskursus kemanusiaan.

Bagi para penggemar puisi esai dan peminat sastra modern Indonesia, buku ini adalah harta karun yang wajib dimiliki. Kesegaran bahasa yang mengalir dalam format puisi esai membawa kita ke dimensi baru membaca dan menghayati karya sastra—di mana penyair tidak hanya bercerita, tapi juga mengajak berdialog dengan dunia.

Penutup: Menyimak Kawan, Menaklukkan Kata

 

Dengan “Pulang Dalam Keabadian Cinta”, pembaca diajak menaklukkan kata-kata lewat pengalaman dan keberanian mengekspresikan perasaan terdalam serta realita sosial yang pelik. Sebuah karya kolektif yang menunjukkan bahwa puisi esai bukan sekadar genre sastra, tapi landasan komunikasi, refleksi, bahkan perubahan.

Bagaimana menurut Anda? Puisi esai mana yang paling menyentuh hati Anda? Atau, apa pesan puisi yang Anda anggap relevan di zaman sekarang? Yuk, tulis pengalaman atau pendapat Anda di kolom komentar. Sama-sama kita rayakan keindahan sekaligus kekuatan puisi dalam menaklukkan kata dan dunia.

 

Kota Batu, 18 Agustus 2025

Wisata Sastra Budaya

Akaha Taufan Aminudin

SATUPENA JAWA TIMUR

Kreator Era AI KEAI JAWA TIMUR

Komunitas Puisi Esai Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *