Trenggalek – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek menyiapkan skema relokasi bagi warga terdampak bencana tanah longsor di Desa Depok, Kecamatan Bendungan. Langkah ini diambil menyusul peristiwa longsor yang terjadi pada Senin (19/5) sore, yang mengakibatkan enam warga meninggal dunia setelah tertimbun material longsor.
Relokasi direncanakan untuk 71 kepala keluarga (KK), terdiri dari warga yang terdampak langsung maupun yang tempat tinggalnya dinyatakan berada di zona rawan longsor. Selain relokasi, kebutuhan mendesak seperti penyediaan air bersih dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap potensi longsor susulan juga menjadi perhatian pemerintah daerah.
“Untuk Desa Depok, tanah relokasi sudah diusulkan oleh kepala desa. Pemerintah provinsi juga sudah menyanggupi, seperti halnya penanganan kasus-kasus sebelumnya,” ujar Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, atau yang akrab disapa Mas Ipin, saat memimpin rapat koordinasi di Gedung Bawarasa, Senin (2/6).
Mas Ipin menambahkan bahwa lokasi relokasi akan diprioritaskan untuk 71 KK karena wilayah tempat tinggal mereka terbukti rawan bencana. Kondisi topsoil yang dangkal serta struktur batuan yang berisiko menjadi alasan utama relokasi.
“Yang penting bagi warga, lokasi relokasi tidak terlalu jauh dari sumber mata pencaharian mereka. Kita juga ingin memastikan lahan yang dipilih aman dan tidak berada di kawasan dengan kemiringan ekstrem. Kalau lahan yang diajukan masih berisiko, tentu akan kami tolak,” tegasnya.
Menurutnya, lokasi relokasi sempat diusulkan di wilayah dengan kemiringan antara 30 hingga 45 persen. Namun, opsi ini dinilai tidak layak karena selain rawan bencana, juga membutuhkan biaya besar untuk proses cut and fill, bahkan bisa lebih mahal dari pembangunan rumah itu sendiri.
Sementara itu, Kepala Desa Depok Sugeng Asmoro membenarkan adanya rencana relokasi. Ia menyebutkan, dari 71 KK yang direncanakan untuk direlokasi, 15 KK akan menempati lahan milik pribadi, sedangkan 57 KK lainnya akan difasilitasi oleh pemerintah.
“Dari BPBD dan Perhutani ada satu titik yang direncanakan untuk relokasi. Namun masih menunggu kajian dari Badan Geologi untuk memastikan keamanannya,” jelas Sugeng, yang juga merupakan mantan anggota DPRD Trenggalek.
Sugeng menambahkan bahwa mayoritas warga menyambut baik rencana ini karena merasa khawatir tinggal di rumah saat hujan turun.
“Kalau sekarang hujan, mereka ketakutan dan memilih mengungsi. Jadi, masyarakat yang kondisinya harus direlokasi, pada dasarnya siap mengikuti rencana ini karena memang sudah tidak ada pilihan lain,” pungkasnya.