Oleh: Akaha Taufan Aminudin
Dalam suasana demokrasi lokal yang sering kali penuh dinamika, Kelurahan Sisir, Kota Batu, menorehkan sebuah langkah inspiratif melalui Deklarasi Damai Pemilihan Pengurus RT dan RW.
Artikel ini mengajak kita menengok bagaimana sebuah komunitas kecil dapat memelihara semangat persatuan, rukun, dan damai dalam proses demokrasi, sambil menyelami makna kebersamaan dan visi bersama untuk masa depan yang lebih baik.
Pemilihan pengurus RT dan RW adalah tulang punggung demokrasi di tingkat masyarakat paling dasar. Namun, tidak jarang proses ini menjadi sumber ketegangan, gesekan, bahkan konflik kecil yang mengganggu keharmonisan lingkungan.
Oleh karena itu, upaya Kelurahan Sisir, Kota Batu, dalam menggelar Deklarasi Damai Pemilihan Pengurus RT dan RW pada tanggal 15 Agustus 2025 bisa dijadikan contoh cemerlang bagaimana demokrasi dapat dijalankan dengan elegan—dengan kepala dingin dan hati hangat.
Di ruang Graha Wangsa, yang biasanya menjadi saksi kegiatan administratif, malam itu berubah menjadi panggung deklarasi kedamaian yang sarat makna.
Kepala Kelurahan Sisir, M. Viata Arya Pranaka, S.STP, berdiri dengan tegap menyampaikan bahwa proses demokrasi bukanlah ajang adu kekuatan yang harus memecah-belah, melainkan sebuah momen untuk bersatu, merajut kembali benang-benang kebersamaan yang mungkin saja pernah sedikit terlepas.
Ia menegaskan, “proses demokrasi ini sebagai langkah untuk menyatukan, langkah untuk menyamakan persepsi dalam mendukung apa yang menjadi program pemerintah dan visi misi kepala daerah Batu Sae.” Pernyataan tersebut menyoroti betapa pentingnya pemahaman bersama dan komitmen kolektif untuk membangun lingkungan yang damai dan berdaya.
Bukan hanya sebagai seremonial, deklarasi ini juga melibatkan beragam tokoh penting mulai dari Camat Batu, jajaran keamanan seperti Danramil dan Babinsa, hingga pakar sejarah dan sastra lokal. Kehadiran Drs. Chairil Anwar, seorang sejarawan sekaligus pengurus SATUPENA Jawa Timur, dan Drs. Akaha Taufan Aminudin dari Himpunan Penulis Pengarang & Penyair Nusantara (HP3N) memberi sentuhan kebudayaan dan wawasan kebangsaan yang memperkaya suasana.
Hal ini mengingatkan kita bahwa demokrasi, pada hakikatnya, tidak hanya soal politik praktis. Ia juga menyentuh aspek kebudayaan dan nilai-nilai moral yang mendasar.
Wawasan kebangsaan yang disampaikan Mayor Arh Sugeng Timoriyanto pun menggarisbawahi pentingnya rasa cinta tanah air dan gotong royong—nilai yang sangat dibutuhkan untuk mempersatukan masyarakat dalam keberagaman.
Satu hal menarik yang patut direnungkan adalah bagaimana paradigma demokrasi “cara sae” (cara baik) yang diusung di Kelurahan Sisir ini. Ini bukan sekadar jargon kosong, tapi sebuah panggilan untuk bertindak dengan adil, hormat, dan penuh kesadaran akan pentingnya menjaga kedamaian sosial sebagai modal utama bagi kemajuan bersama.
Jika kita tarik garis besar, Deklarasi Damai ini bukan hanya menepis bayang-bayang konflik di kancah pemilihan RT dan RW semata. Ia juga merupakan cerminan filosofi kehidupan bermasyarakat yang menempatkan dialog, respek, dan kesepahaman sebagai dasar berinteraksi. Sebuah momentum yang mempraktikkan keberagaman bukan sebagai penghalang, tetapi sebagai kekayaan sosial yang memperkaya keberlangsungan komunitas.
Seperti sebuah pepatah Jawa yang mengingatkan, “Urip iku urup”—hidup itu menerangi, maka dengan sikap damai dan persatuan, masyarakat Kelurahan Sisir telah menyalakan obor harapan agar demokrasi lokal dapat berjalan tertib dan bermakna.
Kita tentu berharap, semangat ini menular ke daerah-daerah lain sebagai bahan renungan dan contoh bahwa demokrasi bisa menyenangkan, harmonis, dan produktif.
Deklarasi Damai Pemilihan Pengurus RT dan RW Kelurahan Sisir mengingatkan kita bahwa demokrasi sejatinya adalah kerja bersama untuk membangun masa depan dengan rasa hormat dan kebersamaan.
Pada saat dunia tengah menghadapi polarisasi dan ketegangan sosial, kisah kecil dari Kota Batu ini mengetuk pintu hati kita semua, mengajak berfikir bahwa damai dan demokrasi bukan melulu tentang suara terbanyak—tetapi tentang hati yang selaras dan visi yang terpatri bersama.
Mari kita ikut menyimak dan menyebar luaskan kisah inspiratif ini. Karena jika “cara sae” bisa menjadi budaya, maka indah sudah negeri ini. Salam damai dan rukun!
Catatan: Data dan pernyataan dalam artikel ini berdasarkan acara resmi Kelurahan Sisir pada tanggal 15 Agustus 2025, serta penuturan Kepala Kelurahan dan tokoh masyarakat yang hadir.
Salam Literasi SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN TERUS BERGERAK PESAT Melejit ✒️
Merdeka !!!
Sabtu Kliwon, 16 Agustus 2025
Sisir Kampung Baru Literasi SIKAB Sinau Karyo Agawe Becik
Drs.Akaha Taufan Aminudin
Himpunan Penulis Pengarang & Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR
#SatuPenaJawaTimur
#GerakanLiterasiKotaBatu
#KotaBatuWisataSastraBudaya