Oleh : Akaha Taufan Aminudin
Dalam hiruk-pikuk kota Batu yang memeluk udara segar pegunungan, sebuah gerakan sastra lahir dengan semangat membara: Webinar Baca Puisi Satupena, acara perdana SATUPENA disambut dengan baik Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara (HP3N) Kota Batu.
Dengan tema “Merdeka Berpuisi”, peristiwa ini bukan sekedar panggung baca puisi biasa—ia menjadi simbol kebebasan berekspresi dan ruang bertemu jiwa-jiwa kreatif yang tak ingin berhenti bergerak. Mengapa acara sederhana ini menarik perhatian para penulis Penyair Nusantara Apa makna merdeka dalam berpuisi? Mari kita selami bersama.
Ketika Kata Tidak Lagi Terbelenggu
Puisi adalah bahasa jiwa yang paling jujur dan rawan di dunia ini. Ia merdeka, bebas, dan sekaligus penuh tanggung jawab. Tema webinar kali ini, “Merdeka Berpuisi”, dipandu pembawa acara Milastri Muzakkar dan Amelia bukan sekadar seruan patriotik tanpa makna. Ia mengajak kita untuk membebaskan diri dari belenggu kebosanan, skeptisisme, dan rasa takut dalam berkarya.
Seperti yang disampaikan oleh penyair Amerika, e.e. cummings: “Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu kata.” Satupena mengerti, bahwa dalam setiap menit yang kita luangkan membaca dan menulis puisi, kita melangkah lebih dekat pada kebebasan batin.
Ruang Bertemu Para Pejuang Kata
Lebih dari Satupena Kota Batu mendaftar untuk tampil di webinar ini, dengan hanya 30 yang terpilih oleh keterbatasan waktu. Namun, kehadiran 30 penyair yang tampil dan 30-an penonton pendukung yang hadir secara virtual memberi gambaran mengagumkan: komunitas sastra Indonesia kini bergerak pesat, penuh semangat dan gairah berbagi makna.
Sebuah penelitian terbaru dari Asosiasi Penulis Dunia menunjukkan bahwa ruang-ruang sastra daring seperti ini meningkatkan motivasi berkarya hingga 40% bagi para penulis pemula maupun profesional. Satupena mengambil langkah jauh ke depan dengan menciptakan sebuah forum sekaligus panggung apresiasi bagi para pejuang kata di tengah zaman digital.
Kaus Eksklusif: Simbol Kebebasan Berkarya
Tak hanya menjadi panggung kreativitas, Satupena juga memberikan apresiasi nyata dalam bentuk kaus eksklusif edisi khusus bagi pembaca puisi yang tampil. Sebuah kaus yang bukan sekadar pakaian, melainkan lambang keterikatan dan rasa bangga sebagai bagian dari komunitas yang tak pernah menyerah berkarya.
Seperti halnya burung yang mengibaskan sayapnya melewati batas ruang dan waktu, setiap penyair akan membawa pulang kenangan dan simbol bahwa kata-kata mereka bebas dan memiliki tempat untuk merasa hidup.
Mengapa Webinar Ini Penting di Tengah Zaman yang Semakin Digital?
Kita hidup di era “scrolling tanpa henti”, di mana perhatian kita terpencar ke segala arah. Namun, dalam webinar sederhana berdurasi dua jam itu, para peserta menemukan kembali keheningan penuh makna. Mereka diajak untuk merenung, melakukan perayaan ringan terhadap kebebasan individu yang tak lekang oleh zaman.
Jadi, langkah Satupena ini bukan hanya tentang puisi, melainkan tentang bagaimana budaya dan sastra tetap relevan, mampu beradaptasi, dan terus bergerak maju di tengah gelombang digitalisasi.
Kata Penutup: Mari Merdeka Berpuisi, Merdeka Berkarya
Jika kita perhatikan, merdeka bukan sekadar kata besar dalam kamus sejarah bangsa, melainkan semangat hidup yang harus kita uyarkan terus-menerus dalam setiap helaan napas kreatif. Puisi adalah alat yang paling indah untuk menyuarakan kemerdekaan hati.
Kepada para sahabat sastra, pecinta kata, dan siapa saja yang menemukan getaran dalam baris-baris puisi, jangan ragu bergabung di sesi-sesi berikutnya. Mari kita jadikan Satupena sebagai tempat di mana “kata” tidak hanya dilafalkan, tetapi juga dipertaruhkan dan dihargai.
Karena dalam kesederhanaan webinar baca puisi ini, ada harapan besar bahwa Nusantara akan terus mekar—dengan sastra sebagai salah satu bunganya.
Jangan lupa, bagi Anda yang tertarik menyaksikan atau berpartisipasi, silakan kunjungi tautan resmi Satupena dan bersiaplah merdeka berpuisi setiap bulan.
Mari kita rayakan keindahan kata dan kebebasan bermakna bersama! ✒️🌺
Selasa Kliwon 26 Agustus 2025
Akaha Taufan Aminudin
Penulis dan pengamat sastra yang percaya bahwa kata-kata adalah gerbang jiwa.
#SatuPenaJawaTimur