Gelombang Basmallah Imron Fathoni: Epos Cahaya dan Tekstur
Oleh : Akaha Taufan Aminudin
Jika karya Zawawi Imron menawarkan meditasi dalam keheningan, maka karya Imron Fathoni yang berjudul “Citra Basmallah” adalah sebuah epos visual yang mengguncang dan memikat.
Lukisan kolosal ini, dengan ukuran dominan 140 x 230 cm, berdiri sebagai monumen dalam Pameran “Aksara Ilahi,” membuktikan bahwa Basmallah—kalimat pembuka segala kebaikan—dapat menjadi subjek bagi narasi artistik yang tak terbatas.
“Citra Basmallah” bukan sekadar menampilkan tulisan “Bismillahirrahmanirrahim,” tetapi ia mewujudkan energi dari kalimat tersebut. Imron Fathoni menggunakan teknik akrilik di atas kanvas untuk membangun kepadatan dan tekstur yang luar biasa, mengubah kanvas datar menjadi relief bergelombang yang hidup.
Arsitektur Aksara dan Cahaya
Kesan pertama adalah kekuatan dan pergerakan. Aksara-aksara dalam Basmallah diulang, digabungkan, dan dipintal menjadi satu kesatuan padat, menyerupai gelombang tsunami spiritual yang membeku sesaat sebelum menghantam.
Aksara-aksara itu tidak lagi berdiri sendiri; mereka saling bertaut erat, membentuk arsitektur aksara yang kompleks, mencerminkan pemahaman sufistik bahwa segala sesuatu di alam semesta saling terhubung di bawah naungan Asma Allah.
Yang membuat karya ini “bercahaya” adalah penanganan cahayanya. Imron Fathoni menggunakan palet warna keemasan dan off-white untuk memunculkan huruf dari latar belakang sepia yang gelap dan kaya. Cahaya tidak datang dari luar; ia tampak terpancar dari kedalaman tekstur itu sendiri.
Garis-garis putih tebal yang menjadi puncak huruf, seolah-olah ditaburi bubuk emas, memberikan ilusi bahwa aksara tersebut adalah logam mulia atau semburan cahaya yang baru saja ditarik dari kegelapan.
Metafora Hutan dan Akar
Dari kejauhan, bagian bawah lukisan terlihat seperti akar-akar kokoh atau batang pohon-pohon yang tak terhitung jumlahnya—sebuah metafora visual yang kuat.
Karya Imron Fathoni yang berjudul “Citra Basmallah” dengan media Akrilik di atas Kanvas, berukuran sangat besar (140 x 230 cm), serta visual lukisan yang padat dan bertekstur.
Basmallah, sebagai pondasi setiap tindakan, diibaratkan sebagai akar yang menopang seluruh keberadaan (huruf-huruf di atasnya). Ini mengingatkan kita pada Hadits tentang kalimat thayyibah (kalimat yang baik) yang akarnya kokoh di bumi dan cabangnya menjulang ke langit.
Imron Fathoni berhasil mengubah mantra harian menjadi medan pertempuran estetika yang menghasilkan kedamaian. Ia mengambil kalimat yang paling akrab di telinga muslim, kemudian merombaknya menjadi visual yang asing namun sakral, mengajak pemirsa untuk melihat keindahan Basmallah bukan sebagai teks, tetapi sebagai Citra—sebuah entitas visual yang utuh, dinamis, dan penuh energi.
“Citra Basmallah” adalah perayaan kekuatan huruf yang melampaui makna linguistiknya. Ia adalah sebuah karya yang berani, megah, dan cemerlang, yang menegaskan bahwa Aksara Ilahi di tangan seniman yang berwawasan luas dapat menjadi bahasa universal tentang kemegahan dan kasih sayang Tuhan.
Kamis Pon 23 Oktober 2025
Drs. Akaha Taufan Aminudin
Sisir Gemilang Kampung Baru Literasi SIKAB Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR
#AksaraIlahi #ThePowerOfQuran
#KaligrafiNasional #SeniRupaIslamModern
#PameranBatu2025 #HariSantriNasional2025
#HSN2025 #HUTKotaBatu24 #KotaWisataReligi #GrahaPancasila
#SeniYangMeneduhkan #EstetikaTauhid
#CahayaIlahi #DialogSpiritual
#KekuatanMakna #KoeboeSarawan
#KHDZawawiImron #ImronFathoni
#PerupaBatu #HP3NKotaBatu
#SatuPenaJawaTimur
Nurochman Heli Suyanto Imron Fatoni



 
							










