Radio Online


 

BeritaHiburanJawa timurNasionalSitubondo

Martinus Dwianto Setyawan, Penulis Produktif Karyanya Membumikan Sastra Budaya

×

Martinus Dwianto Setyawan, Penulis Produktif Karyanya Membumikan Sastra Budaya

Sebarkan artikel ini

Oleh: Akaha Taufan Aminudin

 

 

Martinus Dwianto Setyawan lahir pada tanggal 12 Agustus 1949 di Desa Sisir, Batu. Wafat Sabtu Wage 1JuniI 2024. Nama Orang Tua Dwianto Setyawan adalah Bapak: Ignatius Subianto, Ibu: Claudia Suningsih.

Dwianto Setyawan lahir di Sisir Kecamatan Batu, Saat itu Batu masih kecamatan di bawah Kabupaten Malang sebelum menjadi kota administratif pada tahun 1993 dan mendapat otonomi sebagai Kota Batu pada 2001.

Bersama ayah, ibu, kakak, dan adik-adiknya, mereka tinggal di Jalan Kawi no. 207, Batu. Seperti umumnya sebutan pada masa itu, ia

besar sebagai anak “tansar” atau wetan pasar (timur pasar). Sejak kecil ia sudah dikenal sebagai anak yang suka bercerita.

Anak-anak sebayanya sering berkumpul di gang sebelah rumahnya untuk menyimak ia mendongeng. Apa saja bisa didongengkannya.

Dwianto bersekolah di Sekolah Rakyat Katolik Santo Yusup, Batu, kemudian melanjutkan ke SMPK Batu. Pendidikan SMA dijalaninya di SMAN Alun-Alun Bunder Malang.

Putus sekolah, ia merantau ke Jakarta. Di sana ia bekerja apa saja untuk membantu orang tuanya dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarga di Batu. Saat bekerja di sebuah rumah makan, ia menderita sakit mag akut. Ia kemudian pulang ke Batu.

Kembali ke Batu, ia mulai belajar menggambar. Malam hari ini ia menggambar karikatur untuk

dikirimkan ke majalah-majalah. Ia juga mulai belajar mengarang.

Saat itu perguruan karate Kyokushinkai di Indonesia sedang merintis kehadirannya. Pimpinannya, Nardi T. Nirwanto, mengumpulkan beberapa murid. Dwianto pun bergabung dan malah menjadi sekretaris di perguruan tersebut.

Pada masa itulah Dwianto mulai intensif mengarang cerita anak-anak. Kadang-kadang ia juga mengarang cerita remaja. Karangannya mengisi banyak majalah, seperti Bobo, Kawanku, Gadis, juga Femina.

Tidak hanya mengarang cerita, ia juga menulis laporan dan artikel seputar dunia buku dan bacaan untuk anak-anak yang dimuat di Harian Kompas.

Buku cerita anak pertamanya adalah Si Rejeki yang mengambil inspirasi dari nasib seekor kuda penarik pedati pengangkut sayur-mayur. Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Balai Pustaka pada tahun 1975. Setelah itu pelbagai buku terus mengalir dari tangannya, seperti tiada henti.

Buku-bukunya diterbitkan oleh Penerbit Gramedia, Rosda, dan sebagainya. Ia beberapa kali memenangkan lomba penulisan cerita anak-anak. Beberapa kali pula bukunya masuk ke Proyek Inpres, yang menyebarkan literasi anak-anak ke sekolah-sekolah negeri se-Indonesia.

Dwianto Setyawan menjadi salah seorang penulis buku anak kesayangan para bocah pembaca, khususnya pada era tahun 1980-an. Kisah petualangan tokoh anak-anak dalam buku-buku karangannya selalu asyik diikuti.

Ia mempersunting Irawati tahun 1975 dan dianugerahi anak satu-satunya, Aris, pada tahun 1978.Mereka pindah ke Pesanggrahan, persisnya di Jalan Samadi, yang kemudian menjadi rumahkeluarga hingga sekarang. Di sini ia membangun sanggar para pelukis ilustrasi yang diberi nama DS Grup.

Pelukis dan seniman rupa, umumnya dari Batu dan Malang, berkumpul di sanggar di depan rumahnya. Mereka memproduksi pelbagai kebutuhan ilustrasi untuk majalah-majalah,

selain juga untuk buku-buku dan tulisan Dwianto sendiri.

Salah satu pelukisnya Dr. Slamet Hendro Kusumo SH., MM., Ketua Dewan Penasehat SATUPENA JAWA TIMUR.

Pada sekitar pertengahan tahun 1990, Dwianto menjadi pemimpin redaksi tabloid anak-anak

Hoplaa yang berada di bawah Harian Surya, Surabaya. Selanjutnya, pada tahun 2000, ia

memimpin perusahaan Harian Surya. Di luar itu, ia aktif dalam dunia perbukuan bersama Johan Sava dengan toko bukunya, Togamas.

Buku-buku yang telah ditulisnya mencapai lebih dari 100 judul, di antaranya bahkan telah melegenda, seperti Serial Sersan Grung-Grung (9 judul), Kelompok 2&1 (10 judul), dan Sandi (3 judul). Serial anak lainnya adalah Triona (4 judul), Dulken (7 volume), Alit Kencana (4 volume), Legenda Nusantara (9 judul), Dongeng Anak Indonesia (3 judul), Cergam Anoman (3 judul), Kapten Pus (8 judul), dan Kapten Surya (2 judul).

 

Selain menulis untuk anak-anak, Dwianto juga

mengarang cerita untuk remaja dalam Serial Manja (Roman Remaja) sebanyak 3 judul dan untuk dewasa dalam Serial Bunga (2 judul).

Pada tahun 2025 ini beberapa buku Dwianto mulai dicetak ulang oleh Penerbit Gramedia, seperti Si Rejeki dan Serial Sersan Grung-Grung. dicetak ulang baru oleh Penerbit Buku Kelompik Penerbit Kompas ( KPG).sudah beredar mulai bulan ini,

Dengan tingginya produktivitas dan kualitas karyanya, Dwianto Setyawan diakui sebagai

sastrawan yang besar jasanya dalam mengembangkan literasi, khususnya untuk anak-anak.

Pembacanya terus mengingat keasyikan karya-karyanya. Salah satu ciri dari karyanya adalah membumikan sastra anak pada budaya, lokasi, dan kearifan setempat.

 

 

*Sisir Gemilang Kota Batu Wisata Sastra Budaya 19 Juli 2025. Drs.Akaha Taufan Aminudin Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara HP3N Kota Batu Wisata Sastra Budaya SATUPENA JAWA TIMUR INDONESIA*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *