Oleh : Akaha Taufan Aminudin
Tulisan ini mengajak kita merenungkan esensi kepemimpinan sejati lewat ajaran Agni Brata dalam tradisi pewayangan, sekaligus menyoroti realitas kepemimpinan yang kerap jauh dari idealisme tersebut.
Melalui refleksi publikasi karya-karya Satupena Pulau Jawa, artikel ini mengajak kita untuk bersama-sama mengobarkan “api kemerdekaan” sejati — sebuah kemerdekaan tanpa penindasan dan ketidakadilan.
Bagaimana kita bisa menyalakan kembali semangat itu di dada pemimpin dan rakyat demi masa depan bangsa yang lebih baik?
Api yang Tak Lekang oleh Waktu: Mengingat Ajaran Agni Brata
Dalam hiruk-pikuk kehidupan berbangsa yang kerap diwarnai ketimpangan dan kekisruhan, ajaran Astabrata dari dunia pewayangan muncul sebagai cahaya pencerahan, khususnya Agni Brata.
Di mana pemimpin diibaratkan seperti api yang memancarkan keberanian, ketegasan, dan semangat membara untuk membakar segala kebatilan dan menyalakan kebaikan.
Kata Agni berarti api, dan brata adalah perilaku atau sifat. Dua kata ini menyatu memberi makna sangat dalam: pemimpin harus berani seperti api, yang tidak gentar menghadapi tantangan, serta mampu menghangatkan dan menerangi sekitar.
Konsep ini filosofis sekaligus menggugah, seolah menuntut bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kekuasaan, tetapi tentang transformasi dan pemberdayaan.
Namun, ironisnya, di negeri ini, mimpi akan pemimpin seperti api yang menyala itu masih jauh dari kenyataan. Sebaliknya, kita kerap menyaksikan pemimpin yang justru terjebak dalam jerat kepentingan pribadi dan tindak kejahatan, melemahkan rasa keadilan dan memperlebar jurang ketimpangan.
Satupena Pulau Jawa: Suara Kolektif untuk Kemerdekaan Sejati
Menjawab keresahan tersebut, Satupena Pulau Jawa hadir lewat karya-karya tulis yang menggugah — esai, puisi, cerita pendek, dan puisi-esai — yang menyoroti beragam persoalan bangsa.
Buku Api Merdeka, Merdeka Apa adalah salah satu bentuk nyata bagaimana para penulis membakar semangat jalan perubahan melalui kata dan imaji.
Dari kota hingga desa, dari suara rakyat kecil hingga generasi muda, terukir narasi tentang harapan, kritik tajam, bahkan pergulatan hati dalam menghadapi realitas sosial dan politik Indonesia. Sejalan dengan tujuan Agni Brata, para penulis ini menjadi “api” yang memancarkan cahaya intelektual dan sekaligus kehangatan empati.
Hal menariknya, kolaborasi ini tidak hanya mencakup para sastrawan dan intelektual dari berbagai provinsi di Pulau Jawa, melainkan juga melibatkan sosok-sosok yang saling mendukung dan menguatkan. Ini menandai bahwa api perjuangan ide dan kritik bisa lahir dari kebersamaan dan kerjasama, bukan sekadar individualisme.
Apakah Api Merdeka Masih Menyala?
Di tengah berbagai peristiwa dan tantangan bangsa, pertanyaan “Merdeka apa?” terus mendera. Apakah kemerdekaan kita sudah nyata? Apakah istilah merdeka masih bermakna ketika ketidakadilan, penindasan, dan intimidasi masih merajalela?
Pemikiran Dhenok Kristianti selaku Koordinator Satupena Pulau Jawa menegaskan bahwa sejati kemerdekaan adalah yang bebas dari segala bentuk penindasan, termasuk oleh pemimpin yang malah menjadi “musuh” rakyat.
Menyalakan api Agni Brata berarti memanggil kembali roh nasionalisme yang berani membakar segala kejahatan dan menyalakan harapan bagi semua.
Semangat ini bukanlah hal yang hilang, melainkan sedang menunggu untuk ditiupkan kembali. Layaknya bara yang tersembunyi di tengah abu, cukup mendapat tiupan semangat dari elemen-elemen rakyat, dan khususnya pemimpin yang tulus, api itu akan bangkit lagi.
Refleksi dan Tindakan: Mengobarkan Api Agni Brata Bersama
Kepemimpinan dan kemerdekaan adalah dua mata uang yang saling terkait. Menjadi pemimpin yang menghidupkan Agni Brata bukan hanya kewajiban moral di level personal, tapi juga kewajiban kolektif untuk memilih, mengingatkan, dan mengawal pemimpin agar tidak menyimpang.
Sebagai penulis dan pembaca, kita punya peran penting. Sebagaimana puisi dan cerita dari Satupena menyentuh dada dan menggelitik pikiran, kita juga diberi panggilan untuk terus menulis, berargumen, dan bertindak. Karena, seperti kata pepatah, api sekecil apapun dapat menyalakan obor perubahan yang besar.
Bila setiap kita menyalakan secercah semangat dan keberanian membela kebenaran, maka tidak sulit untuk memanggil kembali Agni Brata itu dalam rupa pemimpin sejati — yang membumi, menginspirasi, dan mengayomi.
Penutup: Merdeka Apa? Merdeka Bersama!
Mari kita renungkan dan berdiskusi: Seberapa jauh api Agni Brata sudah menyala di negeri kita? Bagaimana kita sebagai rakyat dan intelektual bisa ikut menyalakannya kembali? Jangan biarkan pertanyaan “Merdeka apa?” hanya jadi retorika kosong, tapi jadikan pemantik untuk berkarya, berani bersuara, dan memperjuangkan perbaikan bersama.
Dalam kerendahan hati dan keyakinan, mari kita jaga dan bangkitkan api kemerdekaan yang sejati — agar Indonesia bukan hanya merdeka secara politik, tapi merdeka dalam makna kemanusiaan dan keadilan. Api Agni Brata harus terus membara, memimpin langkah bangsa menuju masa depan yang lebih cerah.
*Salam hangat dan semangat merdeka!*
*Mari bersama menyalakan kembali “Api Kemerdekaan” dalam diri dan negeri tercinta ini.*
Kamis Legi 16 Oktober 2025
Drs. Akaha Taufan Aminudin
KETUA SATUPENA JAWA TIMUR